KISAH BENAR...yang saya petik dari rakan FB... seorang guru , seorang murabbi...
 Saya mengajar di sekolah rendah di tengah-tengah bandaraya Kuala 
Lumpur. Saya mengajar sesi petang. Salah seorang murid saya setiap hari 
datang lambat ke sekolah. Kasut dan bajunya selalu kotor. Setiap kali 
saya bertanya tentang baju dan kasutnya dia hanya berdiam diri. Saya 
masih bersabar dengan keadaan pakainnya
 tetapi kesabaran saya tercabar dengan sikapnya yang setiap hari datang 
 lambat. Pada mulanya saya hanya memberi nasihat. Dia hanya menundukkan 
kepala tanpa berkata-kata kecuali anggukkan yang seolah-olah dipaksa. 
Kali kedua saya memberi amaran, dia masih juga mengangguk tetapi masih 
juga datang lambat keesokannya.
 Kali ketiga saya terpaksa 
menjalankan janji saya untuk memukulnya kalau masih lambat. Anehnya dia 
hanya menyerahkan punggungnya untuk dirotan . Airmata saja yang jatuh 
tanpa sepatah kata dari mulutnya. 
 Keesokan harinya dia masih 
juga lambat, dan saya memukulnya lagi. Namun ia masih tetap datang ke 
sekolah dan masih tetap lambat. Suatu hari saya bercadang untuk 
mengintipnya ke rumahnya. Setelah mendapatkan alamatnya, saya meneruskan
 niat saya. Dia tinggal di sebuah kawasan setinggan tidak berapa jauh 
dari sekolah. Keadaan rumahnya sangat daif. 
 Saya nampak murid 
saya itu sedang berdiri di depan rumahnya dalam keadaan gelisah. Seorang
 wanita yang mungkin ibunya juga kelihatan gelisah. Lebih kurang pukul 
1.30 seorang anak lelaki sedang berlari-lari sekuat hati menuju ke rumah
 itu. Sambil berlari dia membuka baju sekolahnya. Sampai di depan rumah 
baju dan kasutnya diserahkan pula kepada murid saya yang terus bergegas 
memakainya. Sebelum pakaian sekolah sempurna dipakai, dia sudah berlari 
ke arah sekolah. 
 Saya kembali ke sekolah dengan penuh 
penyesalan. Saya memanggil anak itu sambil menahan airmata yang mula 
tergenang. "Maafkan cikgu. Tadi cikgu pergi ke rumah kamu dan 
memerhatikan kamu dari jauh. Siapa yang berlari memberikan kamu baju 
tadi?" Dia terkejut dan wajahnya berubah. "Itu abang saya. Kami kongsi 
baju dan kasut sebab tak... 
Kali ketiga saya terpaksa menjalankan janji saya untuk memukulnya kalau masih lambat. Anehnya dia hanya menyerahkan punggungnya untuk dirotan . Airmata saja yang jatuh tanpa sepatah kata dari mulutnya.
Keesokan harinya dia masih juga lambat, dan saya memukulnya lagi. Namun ia masih tetap datang ke sekolah dan masih tetap lambat. Suatu hari saya bercadang untuk mengintipnya ke rumahnya. Setelah mendapatkan alamatnya, saya meneruskan niat saya. Dia tinggal di sebuah kawasan setinggan tidak berapa jauh dari sekolah. Keadaan rumahnya sangat daif.
Saya nampak murid saya itu sedang berdiri di depan rumahnya dalam keadaan gelisah. Seorang wanita yang mungkin ibunya juga kelihatan gelisah. Lebih kurang pukul 1.30 seorang anak lelaki sedang berlari-lari sekuat hati menuju ke rumah itu. Sambil berlari dia membuka baju sekolahnya. Sampai di depan rumah baju dan kasutnya diserahkan pula kepada murid saya yang terus bergegas memakainya. Sebelum pakaian sekolah sempurna dipakai, dia sudah berlari ke arah sekolah.
Saya kembali ke sekolah dengan penuh penyesalan. Saya memanggil anak itu sambil menahan airmata yang mula tergenang. "Maafkan cikgu. Tadi cikgu pergi ke rumah kamu dan memerhatikan kamu dari jauh. Siapa yang berlari memberikan kamu baju tadi?" Dia terkejut dan wajahnya berubah. "Itu abang saya. Kami kongsi baju dan kasut sebab tak...
No comments:
Post a Comment